Dinginnya udara di Puncak tak menggentarkan dirinya mengikuti pelatihan itu. Ia semakin antusias tat kala mulai memasuki sessi muhasabah. Handphone-nya berdering sesaat sebelum sessi itu dimulai.
“Kakak… cepat pulang ya … Ade kangen…”
Pesan yang baru saja diterimanya. Sejenak matanya pun menguraikan air mata. Entah mengapa terbersit kerinduan pada adiknya. Padahal, belum lama ia meninggalkan adiknya. Ia pergi di pagi hari dan menerima pesan itu malam harinya. Memang tak biasa, namun masih terbilang waktu singkat menurutku karena ia menginap hanya semalam dan sudah bisa tiba kembali esok harinya. Lalu, apa yang membuatnya begitu berarti di mata adiknya ?
Sebentar, ku lanjutkan dahulu ..
Belum juga dimulai sessi muhasabah, namun air matanya sudah membasahi jilbab coklat yang ia kenakan. Dan, ketika nara sumber mulai memanjakan para peserta pelatihan dengan indahnya ayat – ayat Al Qur’an dan pujian pada Sang Kekasih Allah sebagai pembuka. Tak kuasa, ia pun semakin terlarut dalam muhasabahnya ditemani rintikan hujan yang menambah dingin suhu di Puncak dan dalam keadaan remang – remang.
Air matanya seolah tak ingin berhenti, padahal sessi muhasabah sudah selesai beberapa menit yang lalu. Ketika keadaan kembali terang dengan pijaran sinar lampu – lampu, ia bergegas menghapus air matanya, memulihkan keadaannya seakan tak ingin ada yang tahu tentang tangisnya.
Lalu, apa yang ku lakukan ??
Hmm…. Karna penasaran akan keadaannya, aku menghampiri wanita berjilbab coklat itu. Wajahnya tetap cantik walau matanya sedikit terlihat sembab. Pancaran putih wajahnya sangat menggambarkan kelembutan hatinya. Kemudian, aku menghampiri sahabatnya untuk menanyakan tentang dirinya. Mengapa ia begitu berarti bagi adiknya. Karena tak mungkin, aku menanyakannya langsung.
Ternyata, tak hanya berarti bagi adik – adiknya, di mata sahabatnya pun ia sangat berarti. Ia selalu menghadirkan senyum bagi sahabat – sahabatnya, meski ia sedang di uji. Ia selalu ingin memberikan yang terbaik, walau terkadang harus mengorbankan kepentingannya sendiri. Dan, ia selalu berusaha menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang – orang disekitarnya.
Hanya senyum yang dapat ku lukiskan saat sahabatnya mengakhiri ceritanya, sambil menatap ia yang sudah melangkahkan kakinya menuju tempat istirahat yang semakin lama, semakin jauh dari pandanganku…
“Bukankah sesuatu yang berasal dari hati, akan kembali ke hati ?”