Selasa, 15 Februari 2011

Pesan Singkat_







Dinginnya udara di Puncak tak menggentarkan dirinya mengikuti pelatihan itu. Ia semakin antusias tat kala mulai memasuki sessi muhasabah. Handphone-nya berdering sesaat sebelum sessi itu dimulai.

“Kakak… cepat pulang ya … Ade kangen…”

Pesan yang baru saja diterimanya. Sejenak matanya pun menguraikan air mata. Entah mengapa terbersit kerinduan pada adiknya. Padahal, belum lama ia meninggalkan adiknya. Ia pergi di pagi hari dan menerima pesan itu malam harinya. Memang tak biasa, namun masih terbilang waktu singkat menurutku karena ia menginap hanya semalam dan sudah bisa tiba kembali esok harinya. Lalu, apa yang membuatnya begitu berarti di mata adiknya ?

Sebentar, ku lanjutkan dahulu ..

Belum juga dimulai sessi muhasabah, namun air matanya sudah membasahi jilbab coklat yang ia kenakan. Dan, ketika nara sumber mulai memanjakan para peserta pelatihan dengan indahnya ayat – ayat Al Qur’an dan pujian pada Sang Kekasih Allah sebagai pembuka. Tak kuasa, ia pun semakin terlarut dalam muhasabahnya ditemani rintikan hujan yang menambah dingin suhu di Puncak dan dalam keadaan remang – remang.

Air matanya seolah tak ingin berhenti, padahal sessi muhasabah sudah selesai beberapa menit yang lalu. Ketika keadaan kembali terang dengan pijaran sinar lampu – lampu, ia bergegas menghapus air matanya, memulihkan keadaannya seakan tak ingin ada yang tahu tentang tangisnya.
Lalu, apa yang ku lakukan ??

Hmm…. Karna penasaran akan keadaannya, aku menghampiri wanita berjilbab coklat itu. Wajahnya tetap cantik walau matanya sedikit terlihat sembab. Pancaran putih wajahnya sangat menggambarkan kelembutan hatinya. Kemudian, aku menghampiri sahabatnya untuk menanyakan tentang dirinya. Mengapa ia begitu berarti bagi adiknya. Karena tak mungkin, aku menanyakannya langsung.

Ternyata, tak hanya berarti bagi adik – adiknya, di mata sahabatnya pun ia sangat berarti. Ia selalu menghadirkan senyum bagi sahabat – sahabatnya, meski ia sedang di uji. Ia selalu ingin memberikan yang terbaik, walau terkadang harus mengorbankan kepentingannya sendiri. Dan, ia selalu berusaha menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang – orang disekitarnya.

Hanya senyum yang dapat ku lukiskan saat sahabatnya mengakhiri ceritanya, sambil menatap ia yang sudah melangkahkan kakinya menuju tempat istirahat yang semakin lama, semakin jauh dari pandanganku…

 


“Bukankah sesuatu yang berasal dari hati, akan kembali ke hati ?”

Senin, 31 Januari 2011

Sepucuk Surat untukmu ...

السلا م عليكم


Ukhti, apa kabar gerangan dirimu ??
Lama tak berjumpa, terselip rasa rindu di hatiku tuk berjumpa dengan ukhti sebaik dirimu ..

Ukhti..
memiliki teman seperti drimu adalah suatu kebanggan bagiku. Anugrah terindah yg IA berikan tat kala aku dikelilingi wanita2 solehah .. meski terkadang merasa diri paling bodoh dan miskin akan ilmu-Nya.

Namun tak mengapa, karena dengan begitu banyak hal yg dapat ku pelajari, byk ilmu yg dapat ku serap, dan byk pengalaman yg dapat ku ambil utk menjadikan diriku lebih baik ..

Ukhti ..
Entah mengapa, semakin aku mengenalmu, semakin besar pula aku iri padamu ..
Bukan iri karena kau jauh lebih cantik dariku, atau karena harta yg kau miliki karena sesungguhnya semua itu bersifat fana dan hanya sesaat...
tapi aku iri karena kedekatanmu dengan-Nya, karena byk ilmu yg kau tau tentang-Nya, dan byk waktu yg kau gunakan utk berkencan dengan-Nya ..

Ukhti...
tak ku pungkiri, ingin rasanya seperti dirimu ..
Namun, apa yg dapat ke lakukan ??
Aku hanya dapat membaca goresan2 pena dari para penulis ulung yg berusaha berbagi ilmu tentang Agama serta mendengarkan lantunan2 pujian yg didendangkan lewat syair lagu atau murattal. waktuku, tak banyak yg ku habiskan utk berkencan dengan-Nya, terlebih utk mempelajari agama-Nya secara khusus ..
Walau seharusnya bisa selama aku mau, namun terkadang aku telah lelah dengan aktifitasku ..

Ukhti ..
Salahkah aku jika menginginkan kesholehan itu ada padaku ??
Salahkah aku krn aku tak mengenyam pendidikan agama sepertimu ??
Salahkah aku karena tak berada di lingkungan sepertimu ??

Ukhti ..
air mataku senantiasa menetes jika melihat dirimu dan akhwat2 lain seperti dirimu ..
Namun terkadang aku berusaha utk tak menampakkannya ..
Karena aku ingin senantiasa menghadirkan senyuman agar org lain pun dapat tersenyum ..
Dan kau tau ukhti, aku menulis surat ini pun dengan linangan air mata karena kerinduanku utk menjadi wanita sholehah ..

Ukhti ..
itu semua tak pernah ku sesali karna aku yakin inilah jalan yg terbaik yg IA berikan utkku. tak mengapa bagiku walu aku tak seperti dirimu tapi, aku akan berusaha utk meraih gelar sholehah ..
Bukankah hanya wanita sholehah yg mempu membuat iri para bidadari yg bermata jeli ?? Dan bukankah wanita sholehah pula-lah yg menjadi perhiasan paling berharga di dunia ??


Ukhti ..
pesan ini ku sampaikan bukan karena semata - mata untuk membuatmu terganggu, bukan pula karena aku ingin mengusik ketenanganmu.
Namun..
pesan ini ku sampaikan karena ungkapan kagumku padamu dan insyaAllah kekagumanku ini hadir karena-Nya ..

Ukhti ..
Jikalau tulisan ini adalah goresan pena yg hanya mengotori kertas putih di lembaran bukumu, maka hapuslah agar kertas itu putih kembali ..

Dan..
Ukhti..
terima kasih karena berkenan menyempatkan waktumu utk hanya sekedar membaca surat kagumku ini ..

Sahabatmu ..

_naya_


PERSEMBAHAN PENULIS


Sebuah misteri Sang Ilahi. Ya… itulah yang terkadang ada di benakku saat memandang kehidupan. Penuh teka teki yang sedang kita cari jawabannya. Kehidupan tak berawal ketika kita membuka mata saat Sang mentari mulai bersinar, tapi ia dimulai ketika Sang Maha Pemberi Kehidupan menitipkan ruh pada tubuh kita. Saat itulah kita mulai hidup, meski dalam sebuah ruang yang kecil dan gelap dalam rahim Sang Bunda. Dan kan terus berlanjut hingga akhirnya kita memasuki kehidupan yang kekal abadi.

Dalam perjalanan hidup di dunia inilah, kita berusaha mencari jati diri. Kemana kita akan melangkahkan kaki, menghabiskan sang waktu yang tak akan pernah dapat terulang. Menjadi pribadi yang tangguh dan sukses melalui ujian – ujian kehidupan dari – Nya ataukah pribadi yang lemah dan gagal dalam menghadapi ujian tersebut. Itu semua adalah pilihan. Dan, dalam memilih diperlukan kecerdasan bukan? Agar kelak apa yang kita pilih tak menjadi penyesalan dikemudian hari meskipun apa yang kita anggap benar dan baik, belum tentu merupakan yang terbaik yang IA pilihkan untuk kita. Tetap, tugas kita adalah selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam perjalanan hidup kita. Selalu berusaha dan berdo’a pada – Nya.

Seperti sebuah kertas putih, maka tintalah yang memberinya warna hingga tersusun menjadi sebuah buku. Seperti itu pula kehidupan, tak selamanya berjalan seperti apa yang kita inginkan. Ada tangis, namun tak lama kemudian tawa pun akan datang. Ada kesulitan, pasti ada kemudahan. Teringatku dengan kalimat – Nya :

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا .

Artinya : karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. {QS. Al Insyirah : 5 – 6}

Maka, tak perlu khawatir sahabat. Setiap ujian yang IA hadirkan untukmu, percayalah bahwa itu semua karena IA sayang pada – Mu dan IA menginginkan yang terbaik untukmu.

Soo...
Tak perlu terlarut, do the best for everythings and give your beautiful smile for all ..

^_^